Selasa, 31 Maret 2020

ANALISA PT. GUDANG GARAM,Tbk (GGRM)


Profil Perusahaan

Perusahaan Rokok Gudang Garam adalah salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak tahun 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam sudah terkenal baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai variasi, mulai Sigaret Kretek Klobot (SKL), Sigaret Kretek Lingting-Tangan (SKT), hingga Sigaret Kretek Linting-Mesin (SKM).
Berawal dari industri rumahan, perusahaan kretek Gudang Garam telah tumbuh dan berkembang seiring tata kelola perusahaan yang baik dan berlandaskan pada filosofi Catur Dharma. Nilai-nilai tersebut merupakan panduan kami dalam tata laku dan kinerja perusahaan bagi karyawan, pemegang saham, serta masyarakat luas.


Pendekatan TOP DOWN APPROACH

A.              Analisis Makro Tahun 2017-2019
Penerimaan Cukai Negara 3 Tahun Terkuat.

2017
Pada tahun 2017, defisit neraca berjalan Indonesia terus menyusut sebesar 1,0 persen dari PDB, didukung oleh ekspor yang meningkat lebih cepat dibandingkan dengan impor.
Dalam APBN 2017, pendapatan negara dari cukai rokok mencapai Rp 149,9 triliun, naik 6 persen dari APBN Perubahan 2016. Penerimaan cukai rokok ini setara dengan 10 persen target pendapatan pajak 2017 yang sebesar Rp 1.498 triliun.

2018
Pada tahun 2018, nilai ekspor rokok dan cerutu mencapai US$ 931,6 juta atau meningkat 2,98% dibanding 2017 sebesar US$ 904,7 juta.
Sepanjang 2018, penerimaan cukai rokok menembus hingga Rp 153 triliun atau lebih tinggi dibanding perolehan di 2017 sebesar Rp147 triliun.
Kenaikan cukai hasil tembakau terbesar berada pada golongan sigaret putih mesin di kisaran 12 hingga 22 persen.

2019
Pada tahun 2019, capaian penerimaan cukai per 31 Agustus 2019 sebesar Rp93,12 triliun. Angka itu mencapai 56,27% dari target penerimaan cukai tahun tahun ini yang diharapkan Rp165,5 triliun.
Realisasi penerimaan bea dan cukai hingga 12 November 2019 mencapai Rp 165,47 triliun. Angka tersebut hanya 79,24% dari target APBN 2019 sebesar Rp 208,82 triliun.


A.               Analisis Industri / Sektoral
2017
Pada tahun 2017 diketahui bahwa perusahaan dengan kinerja laba bersih paling baik ditorehkan Gudang Garam. Perusahaan yang didirikan oleh Tjoa Jien Hwie atau Surya Wonowidjoyo ini, sepanjang tahun lalu mencatatkan laba bersih Rp7,75 triliun, naik 16 persen dari Rp6,67 triliun di 2016. Hal tersebut ditunjang dengan adanya efisiensi beban usaha yang memperlebar marjin keuntungan perusahaan.
2018
Kondisi industri rokok sedang lesu. Dalam lima tahun terakhir ini, tren penjualan rokok terus menurun. Dari 352 miliar batang pada 2014, lalu menjadi 332 miliar batang pada 2018. Rata-rata turun 2 persen/tahun. PT Gudang Garam Tbk. adalah salah satu emiten rokok yang kinerjanya cukup positif. Tahun lalu, pabrikan rokok yang berlokasi di Kediri, Jawa timur ini membukukan nilai penjualan Rp95,7 triliun naik 15 persen dari tahun 2017.
2019
Pada tahun 2019 industri masih terus dibayangi oleh adanya kenaikan cukai yang dinilai memberatkan pelaku usaha rokok dan tembakau.  Kenaikan rokok sebesar 23% berpotensi menaikkan harga jual rokok namun tidak berdampak signifikan terhadap gerak saham emiten rokok di BEI. Saham emiten yang akan terkena imbas adalah GGRM, RMBA, dan WIIM.

A.               Analisis Fundamental

Nilai Intrinsik dan Rasio Keuangan

Berdasarkan ROA, ROE dan EPS yang sudah dianalilis maka saham GGRM layak untuk dipertimbangkan karena emiten tersebut memiliki pergerakan yang cukup stabil.

Lampiran Cheatsheet dan Grafik Analisis Fundamental


Resources:


Zhafira Rory Ramadhani (1021710078)
Irka Dhani P. (1021710030)
Manajemen Investasi B
Universitas Internasional Semen Indonesia